BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS »

Jumat, 13 November 2009

resensi nch..


Menengok Indonesia Melalui
Sajak-sajak Martin Jankowski.

Judul :Detik-detik Indonesia (Indonesisches Sekundenbuch)
Jenis Buku :Fiksi
Penerbit :IndonesiaTera , 2006
Tebal :120 halaman

Martin Jankowski, lahir 1965, besar di bagian timur negara Jerman. Tahun 80an di kota Leipzig dia aktif sebagai penyanyi dan penulis dalam gerakan oposisi yang memperjuangkan demokratisasi.Dia menerbitkan banyak lagu, puisi, cerpen, naskah draman dan esei-meskipun sampai persatuan kembali negara Jerman hanya dapat dilakukan di bawah tanah.
Tentang revolusi damai tahun 1989 di Jerman Timur dia kemudian menulis novel “Rabet order Das Verschwinden eigner Himmelrichtung” (“Rabet atau Hilangnya sebuah mata angin,”1999). Buku terbarunya adalah “Seifenblasenmachine” (“Mesin gelembung sabun,”2005), kumpulan cerpen tentang orang-orang Berlin dan ibu kota Jerman yang telah bersatu kembali.
Tahun 2002 atas undangan Rendra, Martin ikut dalam “Festival Puisi Internasional Indonesia” yang pertama, dan majalah Horison menerbitkan terjemahan puisinya.Pada tahun yang sama dia mengeditori sebuah kumpulan puisi Agus R.Sarjono dalam terjemahan Jerman.
Tahun 2003 sebagai dosen tamu dia memberi kuliah di Universitas Indonesia. Terpukau oleh keanekaragaman budaya Indonesia, dan sejak itu Martin secara terus-menerus bekerjasama dengan pengarang dan seniman Indonesia serta memperkenalkan budaya kontemporer Indonesia di kotanya, Berlin.Sebagai tanda keeratan kerjasama tersebut, siklus puisinya “Detik-detik Indonesia” diterbitkan di Indonesia, langsung dalam versi dwibahasa.
Sajak-sajak Martin dalam buku ini menyajikan semua kekaguman, rasa terpesona, bahkan terbelalak.Dari sini pelbagai tempat dan adegan yang ia kunjungi di Indonesia punya makna.Ada gairah, haru, humor, yang menyebabkan puisi ini menyentuh kita dengan hangat.Bukan hanya itu, puisi ini juga menggambarkan secara jelas wajah Indonesia.Kota-kota, suasana lalu lintas, para pembatik, hari raya, makanan, raja-raja, bahkan legenda seperti Hanoman disulap menjadi sajak-sajak dengan beribu gaya bahasa yang membuat kita menengok kembali sekitar kita, Indonesia kita.Dari yang ‘familiar’ ada keasingan yang tak hendak kita akui, dan membuat kita mengakuinya.
Hanya saja, ada sebagian sajak-sajak Martin yang kurang dimengerti. Kekagumannya pada budaya dan keindahan Indonesia membuat sajak-sajaknya terdengar berlebihan.Selain itu, ada pula sajak-sajak yang kata-katanya tidak berkesinambungan.
Dengan segala kekurangan dan kelebihan buku tersebut, diharapkan para pembaca tertarik untuk membaca kumpulan sajak-sajak Martin Jankowski dalam “Detik-detik Indonesia”, agar kita dapat teringat kembali bahwa Indonesia adalah negeri yang kaya dengan budaya dan keindahan alamnya.

0 komentar: